Saifuddin Qutuz Kesatria Ain Jalut

01:28


Pada tahun 656 hijriyah abbasiyyah dengan terpaksa menutup kejayaannya setelah berdiri dan berkuasa selama enam abad. Sebanyak 200 ribu pasukan mongol datang dari arah timur melancarkan serangan kepada kaum muslimin. Mereka juga menenggelamkan dan membakar karya-karya islam di sungai tigris hingga airnya pun menjadi hitam diakibatkan lunturnya tinta ilmu pengetahuan. kaum muslimin tidak pernah menduga bahwa inilah masa yang dicatat sejarah sebagai masa awal kemunduran peradaban islam. Satu-persatu wilayah kaum muslimin ditaklukkan mongol pimpinan Hulagu Khan.

Kekuatan bangsa mongol menjadi momok yang paling menakutkan bagi seluruh umat muslim saat itu. Namun tidak termasuk bagi sang pahlawan islam Saifuddin Qutuz yang berani mematahkan mitos bahwa bangsa mongol tak dapat dikalahkan. Nama aslinya adalah Mahmud Bin Mamdud namun sejarah lebih mengenalnya dengan nama Saifuddin Qutuz yang memiliki arti "singa yang garang". Tak heran dikarenakan keberaniannya serta perjalanan hidup yang keraslah yang membuat dia lebih dikenal dangan nama Qutuz. Ia dilahirkan dari nasab bangsawan, keluarganya adalah pemimpin di wilayah khwarezm pada masa dinasti abbasiyyah. Oleh sebab iu ketia ia masih kecil, Qutuz diasuh dalam didikan istana. Ia belajar agama, kepemimpinan, serta pengetahuan lainnya di sana untuk disiapkan menjadi generasi penerus. Namun belum lagi ia sempat merasakan mendapat kepemimpinan, wilayahnya diserbu dengan buas dari pasukan mongol yang ingin meluaskan kekuasaannya di wilayah muslimin sehungga wilayahnya pun habis diratakan oleh pasukan mongol. Namun beruntung Qutuz masih dapat selamat dari kekejaman pasukan pimpinan Hulagu Khan. Ia menjadi tawanan dan kemudian dijual untuk dijadikan seorang budak. Nasibnya pun lama-kelamaan berubah, dari satu tangan ke tangan yang lainnya Qutus sang anak bangsawan ini diperjualbelikan layaknya barang. Namun perjalanan hidup yang berat inilah yang menempa pribadinya menjadi sosok yang tangguh. Takdir Allah SWT membawanya sampai pada tangan pemimpin muslim di Mesir sehingga iapun terbebas dari perbudakan dan kelak di tempat inilah ia mengawali kebesarannya.

Setelah berhasil menaklukkan Baghdad, Hulagu Khan pempimpin pasukan mongol semakin percaya diri untuk meluaskan kekuasannya. Syam, Aleppo, Damascus, Palestina, dan Mesir menjadi kota tujuan selanjutnya. Umat muslim pun menjadi kehilanagn keprcayaan diri untuk menghadapi pasukan mongol, kebanyakn dari mereka memilih untuk menyerah dari pada harus mempertaruhkan nyawa pada pasukan asia tersebut. Qutuz merasa terapnggil untuk melawan pasukan mongol apalagi wilayahnya Mesir menjadi target pasukan mongol untuk dikuasai. Umat muslim harus bangkit melawan pasukan  mongol.

Melihat pasukan mongol yang bergerak semakin dekat mamasuki Mesir, Saifuddin Qutuz tak mau tinggal diam apalagi ia melihat kondisi internal mesir saat itu kurang kuat seperti wilayah-wilayah islam lainnya yang mudah dikalahkan Hulagu Khan. Maka iapun mulai menyusun rancana untuk melawan gerakan pasukan mongol. Tekadnya pun dimulai pada saat ia mendapatkan restu dari para ulama agar ia dapat menjadi pemimpin mesir untuk sementara menggantikan raja pada aat itu yang masih kecil. Kepercayaan tersebut ia dapatkan atas kematangan pribadi serta kesolehannya. Qutuz memulai langkahnya dengan medekatkan diri pada ulama dan masyarakat. Ia terus melakukan perbaikan-perbaikan internal hingga masyarakatnya berada dalam satu kesatuan.

Kurang dari kurun waktu satu tahun, Saifuddin Qutuz menerima tantangan dari Hulagu Khan. Tanpa menunggu waktu yang lebih lama Saifuddin Qutuz memberangkatkan tentaranya ke Ain Jalut yang dekat dengan danau tiberias. Di tempat tersebut dua pasukan yang besar ini berhadapan tepat pada 25 ramadhan tahun 658 hijriyah. Dengan strategi yang matang, Saifuddin Qutuz bersama panglimanya Ruknuddin Baybars menghadapi serangan pasukan mongol. Dengan jumlah pasukan yang hampir seimbang pasukan muslimin yang telah "dibakar" semangatnya oleh Saifuddin Qutuz berhasil memukul mundur pasukan mongol hingga mereka lari ke arah timur dan tebunuhnya panglima pasukan mongol yang menandakan kemenangan pasukan muslimin. Mitos bangsa mongol yang saat itu didengung-dengungkan sebagai bangsa yang tak terkalahkan telah dioatahkan oleh Saifuddin Qutuz. Umat muslim di Mesir berbangga dengan pemimpin barunya, namun hal ini tak berlangsung lama, sebab diperjalanan pulang dari pertempuran Saifuddin Qutuz gugur dibunuh oleh panglimanya sendiri, rikbuddin Baybars.

Rahimahullah Saifuddin Qutuz.

Artikel Terkait

Blog ini dibuat karena hobi saya dengan blogging dan sebagai media berbagi Tips dan Konsep Pembelajaran Matematika .


Latest
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

1 comment

tes komentar aktif lagi

Balas